Selamat Jalan Gus Dur – Sebuah Catatan Pribadi

Saya sempat membenci sosok Gus Dur. Tepatnya setelah beliau mengalahkan Megawati dalam pemilihan presiden tahun 1999 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Saya benci karena Gus Dur memupuskan impian saya dan jutaan pendukung Megawati lainnya yang sudah yakin kalau Megawati bakal menjadi Presiden RI ke empat.

Namun, kebencian tersebut berubah menjadi kekaguman melihat cara Gus Dur memimpin negeri ini. Walaupun beberapa ucapan dan tindakan yang beliau ambil dicap sebagai langkah yang kontroversial namun bagi saya hal itu memang sudah selayaknya Gus Dur lakukan.

Sebagai contoh adalah benar ketika beliau mengatakan kalau DPR tidak ubahnya seperti kumpulan anak TK. Buktinya kita lihat saja saat ini, para anggota DPR sibuk berbicara soal demokrasi tetapi ujung-ujungnya mereka cuma ingin mencari popularitas saja. Pada anggota dewan baik DPR maupun DPRD lebih sering terdengar beritanya daripada hasil kerjanya.

Saya salut dengan langkah Gus Dur yang menyatakan Imlek sebagai hari libur Nasional sekaligus mengakui agama Konghucu. Bahkan beliau pun sempat akan merehabilitasi orang-orang yang di cap PKI pada masa orde baru. Semua ini beliau lakukan untuk mewujudkan kerukunan dan keadilan di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.

Saling kagumnya saya hampir saja bergabung dengan PKB yang merupakan partai bentukan Gus Dur.

Kiprah Gus Dur di PKB sendiri juga tergolong unik. Hampir semua ketua umum PKB diangkat oleh Gus Dur dan diperhentikan pula oleh beliau. Biasanya sih mereka yang diperhentikan ialah mereka yang tidak nurut lagi dengan beliau.

Kondisi demikian seakan menunjukkan kalau Gus Dur adalah tipe orang yang otoriter. Tetapi ada pula yang beranggapan hal ini beliau lakukan sebagai salah satu cara untuk mendidik orang-orang tersebut. Dengan demikian Gus Dur seolah menantang mereka untuk berani melawan Gus Dur dan tidak hanya asal bapak senang. Dampaknya di kemudian hari di harapkan mereka sudah terbiasa untuk berkonflik dengan siapa saja yang salah sekalipun mereka adalah penguasa.

Sikap Gus Dur yang kontroversial bisa berarti lain bila kita mau mencoba memahami dari sisi yang lain. Yang jelas semuanya itu beliau lakukan untuk kemajuan bangsa dan negara ini. Sangatlah tepat bila disebatkan label Bapak Bangsa pada seorang Gus Dur

Sayang sekali tanggal 30 Desember 2009 kemarin tepatnya pukul 18.45 Gus Dur telah mengakhiri perjalanan hidupnya di dunia. Beliau tidak ingin merasakan siksa panasnya neraka. Beliau juga tidak sanggup mengetuk pintu surga. Gus Dur hanya sanggup mempersembahkan taubatnya ke hadirat Tuhan.

Selamat Jalan Gus Dur

6 thoughts on “Selamat Jalan Gus Dur – Sebuah Catatan Pribadi”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *