Kamis, 26 Februari 2009 sekitar pukul 1.00 dinihari aku membuka detik untuk membaca informasi penting sebagai penghantar tidur. Di situ ada berita mengenai banjir yang menenggelamkan ratusan rumah di Banyuanyar dan Kadipiro. Ada juga informasi mengenai dua orang tewas karena tersengat listrik di Kadipiro. Pikiranku langsung mengarah ke rumah ibu. Bagaimana kondisi di sana?
Aku hampir saja menelpon ibu namun kuurungkan karena kupikir rumahnya tidak akan kena banjir. Hal ini berdasarkan pengalaman minggu-minggu sebelumnya dimana daerah didekatnya yang hanya berjarak sekitar 50 m terkena banjir sedangkan di rumah ibu tidak. Selain itu tidak ada feeling buruk dan hari sudah sudah malam (dini hari) menjadi alasan kuat mengapa aku tidak menelpon ibu. Kasihan nanti kalau ibu bangun padahal masih tidur nyenyak. Kuputuskan untuk menelpon besuk pagi saja.
Esoknya setelah mengajak Ime jalan-jalan aku segera menelpon ibu (5.30) Ternyata dugaanku melesat, rumah ibu kebanjiran setinggi sekitar 0.5 m dan ibu terpaksa ngungsi ke rumah tetangga. saat itu banjir sudah reda dan ibu bersama-sama dengan tetangga sedang membersihkan rumah. Karena kuatir tidak dapat masuk ke sana akibat lumpur yang menurut ibu masih ada dijalan akhirnya aku hubungi Novi agar dia mau mengantarku dan aku titip motor di rumahnya. Dia menyanggupi dan akan langsung menuju ke rumah ibu setelah mengantar istrinya. Sedangkan aku sendiri baru bisa ke sana siang karena harus bergantian dengan istriku untuk mengurusi Aimee.
Sampai di daerah Banyuanyar, kusempatkan keliling dulu melihat situasi sebelum ke rumah. Di sepanjang jalan orang-orang sibuk membersihkan rumahnya. Beraneka jemuran diletakkan di sepanjang jalan dan lumpur juga masih terlihat di beberapa tempat. Tercatat tembok yang menjadi pagar kantor Departemen Agama dan Lapangan Banyuanyar ambrok diterjang banjir.
Sampai di rumah ibu aku melihat kondisinya sudah agak baikan. Lumpur sudah mulai dibersihkan hanya tertinggal peralatan yang ikut terendam air. Novi pun juga masih ada di sana untuk membantu ibu. Segera aku ikut membantu ibu dan Novi membereskan, memperbaiki, membersihkan, atau melakukan hal lain sehingga rumah kembali seperti semula.
Dari cerita ibu, tetangga, dan mas Pongky yang rumahnya di daerah Nusukan kepahami bahwa banjir tersebut merupakan banjir kiriman dari Boyolali yang seharian juga hujan. Selain itu sungai Begawan Solo yang telah meluap tidak segera diantisipaso oleh pemkot Solo dengan membuka pintu air. Mereka kuatir kalau pintu air dibuka Solo bagian selatan akan kembali terendam seperti peristiwa tahun lalu. Tetapi di luar perkiraan ternyata hal tersebut menyebabkan Solo bagian utara dalam hal ini Banyuanyar dan Kadipiro terkena banjir.
Khusus untuk tempatku, banjir bisa sampai karena dinding bangunan pabrik tahu yang terletak di pinggir sungai jebol. Hujan yang terjadi sejak pukul 12.00 siang membuat sungai meluap. Dinding yang sebelumnya pernah retak karena derasnya aliran sungai tidak mampu lagi menahan derasnya aliran sungai. Akibatnya airpun meluap sampai ke rumahku.
Menurut cerita ibu, banjir ini terjadi mulai pukul 21.00 dimana ketinggian air sudah mulai setinggi tumit. Ibu yang sudah tidur waktu itu dibangunkan oleh tetangga. Perlu waktu yang cukup lama untuk membangunkan ibu karena pendengaran ibu sendiri agak terganggu. Namun, untungnya tetangga tidak putus asa, mereka terus berupaya membangunkan ibu hingga akhirnya ibu bangun. Thanks for our good neighbor.
Setelah bangun dan tahu bahwa banjir akan datang, ibu segera membereskan buku, pakaian, dan beberapa peralatan pentingnya lalu menaruhnya di tempat yang tinggi. Semua dilakukan dengan cepat karena air mulai berangsur naik. Ketika air berangsur mulai naik sampai ke atas lutut ibu ikut mengungsi ke rumah pak Heri yang rumahnya tingkat. Derasnya aliran air waktu itu hampir saja menghanjurkan beliau. Untung saja beberapa remaja sigap untuk menolong ibu dan mengantarkannya sampai ke rumah pak Heri. Rumah ibu sebenarnya tingkat tapi beliau takut naik ke atas, takut kalau rumahnya runtuh. Untunglah hal itu tidak terjadi.
Pukul 24.00 lebih adalah puncak dari banjir. Barang-barang banyak yang hanyut, lincak (tempat duduk panjang dari kayu) milik ibu sampai terbawa sejauh 10 meter sebelum diamankan oleh tetangga. Sementara meja rias ibu juga terpenting ke lantai dan isinya berhamburan keluar.
Setelah itu air mulai surut dan pukul 3.00 pagi warga mulai bekerja membersihkan rumahnya dari lumpur yang tertinggal. Karena tidak sanggup membersihkan sendiri ibu meminta Agus tetanggaku untuk membersihkan lumpur di rumah yang ketinggiannya sekitar 20-30 cm.
Akibat banjir tersebut beberapa pakaian yang sempat diselamatkan terendam air, kasur pun juga demikian walau tidak terlalu parah. Sementara buku-buku kenangan dan lama milik ku juga ikut terendam. Tidak terkecuali beberapa surat berharga miliki ibu. Hal ini dapat terjadi karena ibu lupa menaruhnya di tempat yang tinggi. Tapi ya sudahlah gpp, bagiku yang penting ibu selamat. Sebuah benda lama atau kenangan tidaklah lebih berharga dibandingkan nyawa manusia.
Pukul 9.00 lebih Novi datang untuk membantu dan lama berselang sekitar pukul 12.00 aku tiba di rumah untuk membantu ibu.
Aku bersyukur kepada Tuhan karena Dia masih berkenan mempertemukan kami di dunia ini. Semuanya ini tidak mungkin dapat dilalui ibu dan aku tanpa campur tangan Tuhan. Terima kasih kepada mereka yang telah Tuhan pakai sebagai alat untuk menolong ibu.
Postingan ini aku buat sebagai ungkapan terima kasih bagi mereka yang telah membantu ibu sewaktu banjir kemarin. Terima kasih untuk Novi yang telah membantu ibu sejak pagi, Mas Fery yang begitu sabar terus mengetok pintu rumah memberitahu banjir sampai ibu bangun, keluarga pak Heri yang rumahnya dijadikan sebagai rumah pengungsian, Agus yang menolong membersihkan lumpur di rumah, Pambudi dan teman-teman yang menuntun ibu sampai ke rumah pak Heri, keluarga bu Paiman, keluarga pak Pardi, keluarga pak Widodo, keluarga pak Sukir, keluarga pak Man, dan pihak-pihak lain yang tidak bisa kusebutkan namanya satu persatu. Thanks to you.
semakin banyak saja bencana banjir di negeri kita y..
wong ngendi ki???