Berbahagialah bila Anda tinggal di daerah yang masyarakatnya tidak pernah mengungkit seseorang karena perbedaan suku, agama, ras, maupun golongan. Namun harap tetap waspada, kerukunan tersebut bisa saja tiba-tiba hilang karena pengaruh dari luar. Masyarakat yang sebelumnya rukun tiba-tiba saja bisa saling bermusuhan; terpancing emosinya karena masalah suku, ras, golongan, dan terutama masalah agama. Dan hal inilah yang terjadi di Indonesia saat ini. Kerukunan yang dulu sempat terjaga kini mulai pudar. Di beberapa wilayah masyarakat mudah sekali terpancing oleh berbagai isu terutama yang berkaitan dengan masalah agama.
Keberagaman kehidupan beragama merupakan salah satu ciri khas kehidupan masyarakat di Indonesia yang sudah ada sejak dulu kala. Sejarah mencatat masyarakat kerajaan Majapahit pada waktu itu memeluk agama Budha dan Hindu dapat hidup berdampingan. Konon Islam pun juga sudah dianut oleh sebagian masyarakat pada waktu itu. Keharmonisan kehidupan yang ditunjukkan pada waktu itulah yang kemudian ditulis oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma sebagai Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Kata Bhinnêka Tunggal Ika itulah yang oleh para pendiri negara ini dijadikan sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maksudnya sekalipun Indonesia ini terdiri dari ragam budaya, agama, suku, ras, golongan, maupun bahasa namun semuanya itu tetap satu negara yaitu Indonesia. Agar persatuan itu dapat tetap tercapai maka diperlukan sikap rukun antar warga negara Indonesia.
Kerukunan itu sendiri harus terus diupayakan dan dipertahankan agar masyarakat tidak mudah dihasut dengan upaya-upaya yang ingin memecah persatuan dan kesatuan. Salah satu cara paling ampuh untuk melanggengkan kerukunan ialah dengan menanamkan arti pentingnya kerukunan umat beragama sejak anak-anak masih kecil. Pembentukan sejak usia dini inilah yang diharapkan dapat memberikan dasar yang kuat bagi anak-anak ketika mereka sudah besar dalam menghadapi keragaman kehidupan bermasyarakat.
Ada begitu banyak cara-cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk memupuk semangat menghargai perbedaan di kalangan anak-anak. Beberapa contoh praktis antara lain adalah:
Menceritakan Kisah Mengenai Indahnya Keberagaman
Cerita merupakan salah satu cara paling ampuh untuk mendidik anak. Hal ini dapat dimaklumi sebab anak-anak memang suka mendengarkan cerita. Menceritakan berbagai kisah atau dongeng mengenai indahnya keberagaman atau perbedaan merupakan salah satu cara paling mudah dan efektif untuk menanamkan konsep kerukunan sejak anak masih kecil. Penggunaan alat bantu seperti boneka juga dapat semakin menarik minat anak-anak untuk mengikuti cerita tersebut.
Mengajak Anak Nonton Film Mengenai Indahnya Perbedaan
Cara lainnya ialah dengan mengajak anak-anak menonton film mengenai indahnya perbedaan dalam kehidupan beragama. Dulu ada film Unyil dengan latar belakang perbedaan suku, agama, ras, dan golongan. Tapi sayang saat ini sangat susah mencari film lokal dengan tema yang mengambil tema kerukunan umat beragama. Entah film lokal atau dari mancanegara yang perlu diingat isi film tersebut haruslah mudah dicerna oleh anak.
Mengenalkan Anak Terhadap ‘Pernak-pernik’ Agama Lain
Anak seringkali bertanya, mengapa si A setiap minggu pergi ke gereja dan kita tidak? Mengapa ayah si B doanya sambil membungkuk sedangkan ayah saya hanya duduk diam?, bangunan apa itu kok ada bulannya, kenapa hari ini libur? Saat itulah saat yang tepat bagi orang tua untuk mengenalkan ‘pernak-pernik’ agama lain terhadap anak. Ajaklah juga mereka untuk menghargai agama lain. Misalnya: Jangan makan dan minum di tempat umum saat bulan puasa, ingatkan temanmu yang beragama Kristen atau Katholik untuk ke gereja, atau jangan membeda-bedakan agama seseorang ketika berteman.
Mengajak Anak Mengunjungi Tempat Ibadah
Indonesia memiliki begitu banyak tempat ibadah yang memiliki telah berusia cukup tua dan memiliki nilai sejarah. Keberadaan berbagai candi baik candi Hindu atau Budha merupakan salah satu contohnya. Pada umumnya kota-kota besar juga memiliki masjid atau gereja yang berusia lebih tua dari NKRI. Dengan mengajak anak-anak mengunjungi tempat tersebut selain untuk mengajari anak mengenai sejarah juga mengajak anak untuk mengenal budaya agama lain. Bahwa sampai sekarang berbagai bangunan tersebut masih tetap berdiri merupakan salah satu wujud kerukunan umat beragama ini Indonesia yang harus terus dipelihara.
Membuat Kelompok Belajar Heterogen
Sekolah umum sebaiknya tidak mengelompokkan agama minoritas dalam satu ruangan tersendiri melainkan mencampurnya dengan agama minoritas sehingga mereka dapat mengenal teman-teman yang berbeda agama. Selain itu pembentukan kelompok belajar yang diisi oleh anak-anak yang berbeda agama juga cukup efektif untuk mengajarkan makna kerukunan antar agama kepada anak. Kelompok belajar ini bisa atas inisiatif orang tua atau sekolah.
Saya masih percaya ada begitu banyak contoh lain yang bisa dilakukan oleh orang tua atau guru untuk menanamkan semangat toleransi pada diri anak. Bagi saya mengenalkan ‘pernak-pernik’ agama lain lebih baik daripada menanamkan ‘kebencian’ atau sikap ‘waspada’ terhadap ajaran agama lain. Tujuannya cuma satu agar anak-anak memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap perbedaan agama, suku, ras, maupun golongan.
Kalau ada yang memiliki ide atau sanggahan monggo di tulis di komentar
yap.. bener banget kerukunan harus ditanamkan sejak dini
ehm, betul juga sih , emang harus kita tanam rasa keukunan kita sejak dini 😀
setuju banget klo nilai-nlai kerukunan kehidupan beragama ditanamkan sejak dini 😀