Bertahan Tanpa Pekerjaan Kantoran

Sudah setahun ini aku tidak memiliki pekerjaan kantoran alias menjadi karyawan kantoran. Padahal aku harus mencukupi kebutuhan anak dan istriku. Kalau dilihat memang berat sih tetapi entah mengapa sampai sekarang kami masih mampu bertahan.

Aku keluar dari kantorku di Salatiga karena kantor tersebut ditutup. Mungkin sudah tidak menguntungkan pemiliknya. Awalnya aku sempat kaget dan juga bingung karena pengumumannya mendadak sekali. Aku bingung ntar mo kerja dimana nih. Padahal sekarang aku sudah berkeluarga. Kantor memang memberikan pesangon namun tidak diberikan secara langsung melainkan perbulan. Selama sekian bulan ke depan aku masih bisa bernafas lega karena masih ada uang. Tapi bagaimana dengan bulan-bulan selanjutnya.

Aku berdoa dan beriman bahwa Tuhan pasti menolong keluargaku. Dan memohon kepada-Nya untuk menunjukkan jalan apa yang harus kami tempuh. Dengan iman itulah pikiranku bisa kembali tenang.

Aku ceritakan kepada istriku situasi yang akan kita hadapi sekaligus beberapa rencana untuk mencari rejeki. Puji Tuhan istriku bisa mengerti. Di kemudian hari aku baru tahu kalau ia juga sempat bingung tapi tetap optimis karena melihat aku juga optimis. Padahal aku bisa semakin optimis waktu melihat dia optimis dan tidak kuatir. Nah, lho…

Aku sudah merencanakan kalau aku akan berbisnis online saja. Baik dengan membuat dan mengembangkan website atau membuatkan website orang lain. Selain itu, kami juga membuka usaha kecil-kecilan jualan pulsa di rumah.

Aku tidak berencana untuk melamar pekerjaan karena aku tahu ada satu persyaratan yang belum bisa kupenuhi saat ini. Ijazah pendidikan terakhir. Pendidikan terakhirku memang cuma SMA setelah itu melanjutkan kuliah hanya sampai beberapa semester lalu keluar. Dan biasanya banyak perusahaan yang mensyaratkan ijazah pendidikan terkhir sebagai salah satu syarat mutlak.

Sampai saat ini aku masih berstatus pegawai rumahan dengan penghasilan yang tidak menentu tiap bulannya. Puji Tuhan kebutuhan keluargaku masih tercukupi. Kalau dihitung secara matematika memang sulit membayangkan. Bagaimana penghasilan tidak tetap bisa mencukupi kebutuhan keluargaku tiap bulannya. Tetapi itulah hasil dari imanku bahwa Tuhan pasti mencukupi umat-Nya yang mau berusaha. Inilah yang akan terus kupertahankan.

7 thoughts on “Bertahan Tanpa Pekerjaan Kantoran”

  1. pak hardono,saya ikut simpati dengan apa yang bapak alami. tapi saya tidak bisa membayangkan kalau saya jadi Bapak. Cuman saya kepingin bagaimana cara Bapak menghandle semua problem yang Bapak alami ini. Kalau tidak keberatan bisa disharingkan pada kami pak, supaya kita semua dapat diberkati dengan pengalaman Bapak ini. Sukses selalu!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *